Rasa dan Kematiannya

Semenjak saat itu,
aku tersadar bahwa bulir-bulir rasa yang menetes satu-satu dari ketinggian harapan itu hanya aku yang menyaksikannya.
Terjatuh, merembas, sampai pada kemasygulan jiwa.

Menggerutuk....
Mengamuk....
Mengutuk....

Caci maki - sumpah serapah menguar dalam kealphaan....
dalam remang-remang kehampaan....
Sementara aroma petrichor sudah beberapa dekade lenyap tak diketahui keberadaannya
Hanya daun-daun kering yang tersisa dan saling bergesekan

Api meletup di antaranya.
Membakar...
Menyebar...
Melahap semesta
Dan di sana jiwaku terkapar tanpa mampu berbuat apa-apa
Nanar..., menatap sekujur tubuh tanpa nyawa.                                                   

Sayup suara menggema,

"Kau sudah lama mati..."
aku mendengarnya...                              


 "Kau sudah lama mati..., dan kukubur diam-diam," ujarnya dengan senyum melintang, masam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mamak

Pada Putaran Waktu