Sebuah Ikrar


Terik mentari terasa sangat menyengat kulitku. Sementara peluh bercucuran dari keningku. Berlahan sekali langkah kaki aku ayunkan. Ngilu, persendian lutut seperti tak mau lagi diajak kompromi melanjutkan perjalanan ini. Akhirnya aku putuskan untuk rehat sejenak di sebuah masjid.

Atap yang menjulang, lantai yang luas menghampar benar-benar menggoda aku untuk segera rebahan sejenak. Sembari merebahkan tubuh yang letih, kedua mataku terus berpatroli mengitari Masjid.  HP WAJIB DIMATIKAN! Tulisan peringatan itu tertemepl di dinding yang menghadap langsung ke wajah ketika pertama kali kaki kanan memasuki Masjid. Sementara itu sebuah peringatan lain terpampang di dinding bagian samping. DILARANG TIDUR/ TIDURAN DI MASJID! Sebuah senyum refleks menggaris di wajahku. Bukan hanya karena tanpa sengaja aku tersindir, akan tetapi setidaknya tulisan itu secara langsung tidak hanya ditujukan padaku. Namun ditujukan pada seluruh tamu Masjid yang pada saat bersamaan denganku sedang meluruskan punggung dan kakinya. Baik tamu Masjid yang berada di lantai bawah, ataupun tamu Masjid yang berada di lantai atas khusus jama'ah muslimah. Membaca tulisan itu membuatku sebisa mungkin megusir kantuk yang tiba-tiba merayapi mata.
"Inna sholaaty wanusuky wamahyaaya wamamaaty lillaahi robbil 'aalamiin" Aku mengeja pelan khod naskhi yang menghiasi dinding Masjid bagian atas. "Inna sholaaty wanusuky wamahyaaya wamamaaty lillaahi robbil 'aalamiin" Berulang kali aku membaca tulisan itu untuk kesekian kalinya. Entah sudah berapa kali. "Inna sholaaty wanusuky wamahyaaya wamamaaty lillaahi robbil 'aalamiin"

"Sesungguhnya sholatku, ibadahku, dan hidupku, serta matiku hanya karena Tuhan Semesta Alam" Benarkah? Aku tersentak. Sebuah ikrar yang lepas tanpa peresapan.Meski sudah berkali-kali ikrar itu diucap. Bayangkan, ikrar tersebut akan lebih sering diulang pada bulan Ramadhan seperti sekarang ini.
Sesak dadaku, teringat betapa seringnya diri ini ingkari. Robbi... Faghfirly dzunuuby Ya Allah....


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mamak

Rasa dan Kematiannya

Pada Putaran Waktu