Simfoni Balqis
Tak
terasa, sudah tengah malam mataku belum mampu memejam. Sesaat pada sela-sela
desir angin yang menyiyir tiba-tiba kudengar sebuah isak tertahan. Rintih suara
yang teramat kukenal.
“Ya Robb, ampuni hamba-Mu yang tak
sempurna mengabdi pada-Mu. Hamba tahu, meski dua bola mata ini tak ada daya
menyaksikan tanda-tanda kebesaran-Mu, namun hati ini tak pernah ragu. Engkaulah
penciptaku, hidup matiku hanya untuk-Mu.”
Aku tercengang. Sujudnya begitu
dalam, sangat berbeda dengan sujudku. (Menanti Shubuh_Salma Keant)
Komentar
Posting Komentar