Belajar Kearifan Hidup dari Seekor Ikan
Pernahkan kita memperhatikan suatu kehidupan yang menarik dari seekor
ikan? Jika kita telisik lebih dalam, ikan sebenarnya ingin mengajarkan
tentang kearifan hidup pada manusia.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Prof. Koentjoro Soeparno (1/12/13)
lalu dalam kuliah lapangan mahasiswa kelas sore Fak. Psikologi USM di Laboratorium Psikologi Joglo Andayani, Jogja. Beliau menuturkan, bahwasanya ikan hidup selalu melawan arus. Sederas apapun arusnya, ikan selalu bisa melewatinya. Bagaimana dengan kita?
![]() |
gambar diambil dari google |
Dalam kehidupan yang serba absurd seperti sekarang ini, ada baiknya kita belajar tentang kearifan hidup dari seekor ikan. Dimana westernisasi dan globalisasi selain memberi dampak positif juga meninggalkan banyak dampak negatif bagi kebudayaan Indonesia. Seperti dalam pergaulan remaja, mereka yang mengenal 'kebebasan' versi mereka sendiri, cenderung melakukan apapun sekemauan diri mereka sendiri. Narkoba, perkelahian, seks bebas, sampai kasus pembunuhan yang mereka lakukan sudah mereka anggap sebagai sebuah kewajaran. Mengapa begitu?
Lagi-lagi, ini mengenai arus deras kehidupan. Remaja yang pada masa perkembangannya sedang dalam pencarian jati diri, terikat pada keharusan mengikuti budaya konformitasnya. Karena takut dianggap ketinggalan zaman, tidak gaul, dsb, menyebabkan para remaja memilih mengikuti hidup sebagaimana umumnya sekarang. Tanpa pikir panjang, meskipun tahu bahaya yang akan timbul bila ia melakukan hal-hal demikian.
Pada dasarnya, mengikuti arus atau tidak ini bersifat fleksibel. Alangkah lebih baik jika sebelum memutuskan untuk mengikuti arus atau tidak, terlebih dahulu kita cermati apakah kita perlu untuk mengikutinya? Kemudian, pikirkanlah dampak yang akan kita peroleh jika kita mengikuti arus tersebut. Namun, kalo kita percaya bahwa dengan mengikuti arus akan lebih memperburuk diri, bukan malah memperbaiki diri, maka putuskanlah untuk hidup melawan arus.
Sebelum orang lain memutuskan hidup kita harus bagaimana, kitalah yang seharusnya memutuskan harus bagaimana hidup kita. Karena sejatinya hidup itu bukan bagaimana umumnya, akan tetapi bagaimana seharusnya.
Sebelum orang lain memutuskan hidup kita harus bagaimana, kitalah yang seharusnya memutuskan harus bagaimana hidup kita. Karena sejatinya hidup itu bukan bagaimana umumnya, akan tetapi bagaimana seharusnya.
Jadi, sekarang ini masihkah kita takut melawan arus?
Komentar
Posting Komentar