MATA-MATA

Mata Satu

aku menjadi mata, yang menyorotmu sepanjang jaga
dan kau, senantiasa menahan mata supaya membuka
menguntit gerakku kemana-mana
maka, saat tak bersama
kita menjelma matamata
satu sama lainnya


Mata Dua

aku dan kau seringkali luput,
tanpa tau, tanpa ingat,
banyak yang tak terlihat
melihat-lihat,
meraba-raba gelap
tertawa, meratap

naasnya, kita tak melihat


Mata Tiga

Bahwasanya, separuh kesadaran bermula dari kesiagaan
akan keberadaan dan kekekalan
dalam gegap dan hening
dalam getas jiwa nan kering


Mata Empat

Tak ada yang sanggup memata-mataiNya
meski mataku kuranggap dengan penglihatan semesta
kita hanya binasa

dan Dia selamanya








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mamak

Rasa dan Kematiannya

Pada Putaran Waktu