Kapan Saat yang Tepat untuk Mencintai?
Saat hati siap?
Tidak. Karena cinta hadir begitu saja. Datang secara tibatiba. Meski ada istilah 'belajar mencintai' namun itu membutuhkan banyak 'persyaratan mutlak'. Semacam operant conditioning yang harus diusahakan.
Lalu kapan saat yang tepat?
Saat menemukan orang yang ideal?
Tidak juga. Karena pada dasarnya ideal hanya sebuah pertimbangan kriteria. Sedangkan kriteria tidak menjamin hati dan akal memberi jawaban sama pada pertanyaan serupa.
Bukankah cinta lebih cenderung berperasaan? Hati mengatakan "Ya" namun bisa jadi akal mengingkarinya. Apa yang salah dengan ideal? Tidak ada yang salah memang. Jadi kita buat ini menjadi sederhana saja.
Seperti yang dikatakan filusuf Saifur Rohman.
Saat hati luruh, dan ego ngacir entah kemana. Cinta yang benar-benar sejati, tumbuh dengan pemahaman baik. Tak merusak diri. Ketika masih ada keinginan untuk merusak diri, hatihati!
Cinta sejati benarbenar bergaransi.
Tak masalah bila suatu ketika patah hati.
Karena hati senantiasa menjadi penyaksi.
Adakah yang abadi?
Tidak. Karena cinta hadir begitu saja. Datang secara tibatiba. Meski ada istilah 'belajar mencintai' namun itu membutuhkan banyak 'persyaratan mutlak'. Semacam operant conditioning yang harus diusahakan.
Lalu kapan saat yang tepat?
Saat menemukan orang yang ideal?
Tidak juga. Karena pada dasarnya ideal hanya sebuah pertimbangan kriteria. Sedangkan kriteria tidak menjamin hati dan akal memberi jawaban sama pada pertanyaan serupa.
Bukankah cinta lebih cenderung berperasaan? Hati mengatakan "Ya" namun bisa jadi akal mengingkarinya. Apa yang salah dengan ideal? Tidak ada yang salah memang. Jadi kita buat ini menjadi sederhana saja.
Seperti yang dikatakan filusuf Saifur Rohman.
Sederhana: Temukan saja orang yang bisa membuatmu tumbuh lebih sukses, lebih mantab, dan lebih mulia. Bukan sebaliknya.Cinta sesederhana itu. Saat hati mau berbagi dengan suka rela tanpa rasa berat dan terpaksa. Saat hati dan pikiran sama. Keduanya tidak ada pembatas penyangkalan satu sama lainnya.
Saat hati luruh, dan ego ngacir entah kemana. Cinta yang benar-benar sejati, tumbuh dengan pemahaman baik. Tak merusak diri. Ketika masih ada keinginan untuk merusak diri, hatihati!
Cinta sejati benarbenar bergaransi.
Tak masalah bila suatu ketika patah hati.
Karena hati senantiasa menjadi penyaksi.
Adakah yang abadi?
Komentar
Posting Komentar