Ruang


Ini hanya ruang, sebuah ruang dengan satu pintu dan tanpa jendela. Ruang dengan penerangan 5 watt, dan tinggi atap tak lebih dari 2 kali kaki laki-laki dewasa. 

Ya, dan hanya ruang ini -masih hanya- ini,  tidak ada yang lainnya lagi. Aku terkunci di dalamnya, beringsut dengan lutut menangkup. Entah, dimana kutaruh anak kuncinya. Jika dan hanya jika, aku memiliki kekuatan aji rengkah gunungnya sudawirat untuk mendobrak pintupun, tampaknya ruang ini masih sangat bersahabat. 

Benar, ini hanya ruag biasa. Kau tak percaya? Aku tak memaksa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mamak

Rasa dan Kematiannya

Pada Putaran Waktu