Anak & Sepaket Rasa Ingin Tahunya
Anugerah terindah bagi sebuah keluarga adalah anak-anak yang tumbuh sehat dan cerdas. Seorang anak dilahirkan dengan fitrah rasa ingin tahunya. Tidak mengherankan bila anak-anak seringkali melontarkan pertanyaan bertubi-tubi dan kadangkala dianggap tabu.
Ada berbagai perbedaan pada orang tua ketika merespon pertanyaan seorang anak. Entah itu memotong pertanyaan dengan gertakan, melotot, maupun menanggapinya dengan suka cita.
Anak yang diberi kesempatan bereksplorasi perkembangan otaknya jauh akan lebih baik dibandingkan anak yang selalu didekte dengan keinginan orang tuanya. Anak bukanlah miniatur, yang bisa diapakan saja oleh orang yang lebih tua. Tapi anak ibaratkan seperti sebuah adonan roti, mengembang atau tidaknya sebuah adonan tergantung bagaimana tangan-tangan koki yang meperlakukannya.
Buatlah Anak Peka
Apapun pertanyaan yang terlontar dari seorang anak, responlah dengan bijaksana. Tidak ada pertanyaan yang sifatnya tabu karena sejatinya anak adalah seorang pembelajar. Tinggal jadilah orang tua yang menempatkan diri sebagai pendidik, bukan orang yang berkuasa atas keberadaannya.
Cerita singkat, selepas mengambil wudhu setelah berbuka puasa, Hibat mendekati Papanya,
"Pa, ayo tebakan kalo habis wudhu terus makan minum, batal atau nggak?"
Hibat, suka sekali menguji orang-orang di sekitarnya dengan pengetahuan baru yang diperolehnya.
"Nggak...," jawab Papa hibat dengan irama sama.
"Kog tau?" komentar Hibat setiap kali pertanyaannya bisa terjawab.
"Ya, tau.."
"Seratus buat Papa, Papa mendapatkan uang dua juta, pajak ditanggung semuanya," lanjut Hibat menirukan presenter tv dengan kalimatnya yang belepotan.
"Kata siapa nggak batal? Batal kalo sudah wudhu terus makan atau minum," aku nyelutuk tiba-tiba.
"Lhoh...," terpancar aura penasaran dan ingin menyanggah dari wajah Hibat.
"Batal lho, Bat..., kalo minumnya sambil kentut," aku berlalu dengan menahan tawa.
"Ah..." Hibat tampak merasa dikerjain.
"Kalo Hibat ndodok juga batal," Papa Hibat menimpali.
Hibat menoleh ke Papanya.
"Kalo ndodoknya sambil eek..."
"Iihh..." Hibat bengong, tuntas dirinya dibuat berlogika dengan batal atau tidaknya wudhu.
"Pa, ayo tebakan kalo habis wudhu terus makan minum, batal atau nggak?"
Hibat, suka sekali menguji orang-orang di sekitarnya dengan pengetahuan baru yang diperolehnya.
"Nggak...," jawab Papa hibat dengan irama sama.
"Kog tau?" komentar Hibat setiap kali pertanyaannya bisa terjawab.
"Ya, tau.."
"Seratus buat Papa, Papa mendapatkan uang dua juta, pajak ditanggung semuanya," lanjut Hibat menirukan presenter tv dengan kalimatnya yang belepotan.
"Kata siapa nggak batal? Batal kalo sudah wudhu terus makan atau minum," aku nyelutuk tiba-tiba.
"Lhoh...," terpancar aura penasaran dan ingin menyanggah dari wajah Hibat.
"Batal lho, Bat..., kalo minumnya sambil kentut," aku berlalu dengan menahan tawa.
"Ah..." Hibat tampak merasa dikerjain.
"Kalo Hibat ndodok juga batal," Papa Hibat menimpali.
Hibat menoleh ke Papanya.
"Kalo ndodoknya sambil eek..."
"Iihh..." Hibat bengong, tuntas dirinya dibuat berlogika dengan batal atau tidaknya wudhu.
Komentar
Posting Komentar