Katakan katamu pada pena. Lalu, biarlah pena mengatakan kebenaran pada mereka.
Do
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Do, aku hanya mengenal satu nada dan itu kamu. Do, seperti tanah liat yang dipilin dengan jiwa seluruh, setiap lekukan, irisan, itu kamu. Re, dan kemudian nada lain mengiringmu, Do. Hanya aku tak memiliki pengecualian lain selain menjadi Si.
Lagi-lagi aku ingin menuliskan banyak hal tentangmu, Mamak. Wanita tangguh yang seringkali mengemas derita hidup seorang diri. Teringat bagaimana rasa haru menyertaimu saat kau tuturkan tak ada pilihan lain selain berpuasa selama mengandung dan melanggengkan sholat dhuha, demi kelancaran prosesi melahirkan sang buah hati. Mengingat vonis dokter yang mengerikan. Kabar bayi dalam kandungan atau ibunya tidak akan selamat, membuat bulu kudukmu meremang bersamaan. Namun apa yang terjadi? Tuhan benarbenar Maha Kuasa, bukan? Maka, dengan kekuasaanNya terlahir bayi perempuan tanpa hambatan. Bayi teringan yang pernah kau lahirkan. Dan serta merta kau tangisi...Karena (kekurangan nutrisi), hihi... Sampai saat tumbuh kembangnya pun harus rutin diterapi dengan baluran daun kemangi, supaya kaki lemahnya bisa melangkah, tanpa lunglai lagi. Hingga akhirnya, bayi yang dulu ringkih itu sekarang tumbuh seperti ini. Tumbuh menjadi gadis perempuanmu, gadis sederhana, yang masih terus menelusuri jalan keb...
Semenjak saat itu, aku tersadar bahwa bulir-bulir rasa yang menetes satu-satu dari ketinggian harapan itu hanya aku yang menyaksikannya. Terjatuh, merembas, sampai pada kemasygulan jiwa. Menggerutuk.... Mengamuk.... Mengutuk.... Caci maki - sumpah serapah menguar dalam kealphaan.... dalam remang-remang kehampaan.... Sementara aroma petrichor sudah beberapa dekade lenyap tak diketahui keberadaannya Hanya daun-daun kering yang tersisa dan saling bergesekan Api meletup di antaranya. Membakar... Menyebar... Melahap semesta Dan di sana jiwaku terkapar tanpa mampu berbuat apa-apa Nanar..., menatap sekujur tubuh tanpa nyawa. Sayup suara menggema, "Kau sudah lama mati..." aku m...
Sebuah kado sederhana untuk pendidik yang saya kagumi. Meski awal mengenal beliau tidaklah menyenangkan. Beliau terkenal dengan kemahirannya membuat jarum jam melambat, bahkan membuat bulu kudu mahasiswanya berdiri saat melempar pertanyaan sekenanya di kelas psikometri. Namun bagaimanapun juga, mengenal beliau adalah suatu kebanggaan. Mengenal beliau dan menjadi mahasiswanya adalah anugrah dan berkah hidup dari Pencipta Semesta Alam. Pada putaran waktu Saat denyut mengaliri nadimu, Ruah peluh jatuh satu-satu Jemari dan mata berpadu menyibak belantara aksara dalam kertas-kertas layu Ranum-ranum wajah perlahan kuyu Mimpi-mimpi berlari terburu Lantas lengkung senyum terjun beruntun bak hujan membasuh daun-daun Pada putaran waktu Jarum jam melingkar kaku Sementara dari ruangmu berjibaku kau singkap masa dan rupanya... fajar dan senja rentangnya satu spasi saja Terima kasih tak terhingga Untuk 'kau, yang kami panggil: Atusa
Komentar
Posting Komentar