Sebuah Dongeng tentang Ibrahim
Dahulu kala, saat peradaban tak secanggih sekarang
Seorang anak balita memandang langit
takjub dengan cahaya rembulan
"Oh, Itukah Kau Penciptaku?"
Wajah anak itu tengadah, terpana dengan perjumpaan ajaibnya
Lalu rembulan berlahan surut, di ujung Timur sana muncul sinar berkilauan
semesta alam serta merta menyambut girang
anak belia itu kembali terperangah, muncul dalam benaknya sebuah isyarat kepastian yang masih diperjuangkan
"Sekarang, ini siapa?"
"Mungkin Tuhan juga?"
tak ada jawaban
si anak bertambah bingung, namun ia sadar jika ini Tuhan berarti yang kemaren bukan
Seharian anak itu bercengkrama, harapannya kandas juga saat
hari beranjak petang,
"Tuhan, apakah Kau meninggalkanku (lagi) ?"
anak itu mulai lelah namun tak menyerah melakukan pencariannya
Langit membentang, sangat elegant dengan taburan bintang gemintang
"Tuhan, itukah 'Kau?"
Lagi-lagi tak ada jawaban...
"Ah, itu pasti 'Kau." anak itu tersenyum
Sayangnya, Tuhan sedang ingin menguji kesabaran anak itu rupanya
Kembali si anak menunduk sedih saat bintang gemintang meninggalkannya
"Tuhan, aku sendirian,"
Si anak masyuk dalam perenungannya
Catatan penting yang menjadi garis besar jawaban pencariannya
Jika dia meninggalkanmu, dia bukan Tuhan
Bagaimana mungkin kita mengaitkan harapan pada dia yang tak selamanya?
Saat Tuhan menganggap si anak berhasil menjalani ujiannya, jawaban itu membentang dalam pikirannya, seperti bentangan langit yang sangat luas
Dialah, Tuhanku Yang Maha Menciptakan, Maha Menghidupkan, Maha Mematikan, Yang menciptakan langit, matahari, bulan bintang
Yang mengatur semesta alam
Dialah Allahu Robbusyahdu Fa'alu Limaa Yuriid...
Komentar
Posting Komentar