Mamak


Lagi-lagi aku ingin menuliskan banyak hal tentangmu, Mamak. Wanita tangguh yang seringkali mengemas derita hidup seorang diri. Teringat bagaimana rasa haru menyertaimu saat kau tuturkan tak ada pilihan lain selain berpuasa selama mengandung dan melanggengkan sholat dhuha, demi kelancaran prosesi melahirkan sang buah hati. Mengingat vonis dokter yang mengerikan. Kabar bayi dalam kandungan atau ibunya tidak akan selamat, membuat bulu kudukmu meremang bersamaan. Namun apa yang terjadi? Tuhan benarbenar Maha Kuasa, bukan? Maka, dengan kekuasaanNya terlahir bayi perempuan tanpa hambatan. Bayi teringan yang pernah kau lahirkan. Dan serta merta kau tangisi...Karena (kekurangan nutrisi), hihi... Sampai saat tumbuh kembangnya pun harus rutin diterapi dengan baluran daun kemangi, supaya kaki lemahnya bisa melangkah, tanpa lunglai lagi.

Hingga akhirnya, bayi yang dulu ringkih itu sekarang tumbuh seperti ini. Tumbuh menjadi gadis perempuanmu, gadis sederhana, yang masih terus menelusuri jalan kebahagiaanmu.

Terima kasih Mamak, jika bukan karena keteguhan hati dan keluasan cinta darimu, gadismu ini tak kan sampai pada titik sekarang. Terima kasih... Engkau yang kali pertama mengenalkan huruf, angka, serta nada. Engkau yang memberi pelukan terhangat saat putrimu kedinginan. Engkau yang selalu percaya bahwa gadismu mampu di saat merasa patah semangat. Engkau yang tak pernah memaksa, hanya meminta dengan lembut supaya anak perempuanmu ini tak terlalu santai menghadapi kenyataan hidup.

Ma'afkan untuk segala tingkah yang menyayat perasaan terdalam. Ma'afkan, jika sampai sekarang putrimu ini belum cukup mampu mewujudkan mimpi-mimpi itu. Dan terakhir, ma'afkan pula bila sampai usia 25th ini, belum Engkau lihat penampakan menantu yang akan menjaga anak gadismu.
Mamak, bagaimanapun keadaanmu...
Aku mencintaimu, sepenuh jiwa meski tak sebanding dengan cintamu padaku.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rasa dan Kematiannya

Pada Putaran Waktu