Senja Kedua (1)
Titik terburuk yang pernah aku lakukan dan kusesali seumur hidup adalah menghancurkanmu sebelum kau benar-benar hancur.
"Kau harus membayar harga setimpal," katamu sambil menyeringai. Bahkan jeda yang menjadi begitu lama ini membuatku tak berani menatap wajahmu. Wajah yang tak pernah kuijinkan terangkat untuk melawanku. Aku tak tahu bagaimana berhadapan denganmu, sekarang. Apakah ini waktunya? Tidakkah bisa berkompromi? Setidaknya, jika aku tak terburu menganggapmu sebagai pembawa sial dalam kehidupanku, semua ini tak akan terjadi!
Kutonjok cermin yang tertawa pongah menyaksikanku. "Tidak. Ini belum saatnya," desisku dengan napas naik turun. Ya, aku tak bisa membiarkanmu, mengalahkanku.
Bersambung....
Komentar
Posting Komentar